Aku masih ingat saat-saat dimana kita sering berjumpa, namun
aku masih belum memiliki rasa sebesar ini padamu. Aku masih ingat sosokmu yang
dulu masih belum memikatku.Aku masih ingat pertama kali aku menyadari bahwa aku
memiliki getaran yang sudah teramat tinggi yang mengguncang otakku, yang
membuat jantung hatiku jatuh padamu.
Pagi itu, matahari sedikit terik, iya 10 november yang lalu,
kamu memakai celana doreng setinggi lutut, dengan kaos polos,dan kamera yang
kamu kalungkan di lehermu. Saat itu aku cukup lama memperhatikan sosokmu dari
jauh, diam-diam aku selalu mencuri pandang ke arahmu hanya untuk mengamati
setiap gerak-gerikmu. Senyummu, tawa dan canda yang kamu lontarkan kepada
teman-temanmu masih begitu melekat di
otakku. Saat itu suasana memang begitu ramai, hingga pada akhirnya aku
dan teman-temanku berjalan ke arahmu, kamu melontarkan senyuman kecil,
menyapaku tapi masih dengan sebutan ‘kakak’, aku pun balas senyum, bingung
ingin melontarkan basa-basi seperti apa, aku langsung meloyor pergi melewatimu,
takut sikapku yang salah tingkah kau curigai, takut pipiku yang mulai merona
dapat kamu kenali dengan mudah.
Dia adik kelasku, lelaki seumuranku namun beda tingkatan,
namanya Rama. Tak ingin kisah pahit masa lalu ku terulang, akupun mencoba
bersikap sewajarnya saat bertemunya, berpapasan dengannya,bahkan saat melakukan
perbincangan kecil dengannya. Setengah mati kutahan lonjakan didalam dada ini
yang sangat ingin menggenggam kedua tanganmu, memeluk lingkar pinggangmu,
saking senangnya bisa berbincang denganmu. Aku tak tahu, magis apa yang kamu
gunakan padaku. Kita yang dulunya hanya sekedar tahu, kini aku harus menahan
pilunya memendam rasa padamu. Aku yang dulu tidak mau tahu apapun tentangmu,
kini menjadi orang yang diam-diam memerhatikan setiap detil gerak mu.
Sejak saat itu aku sadar bahwa aku sudah menjadi pengagum
rahasiamu. Iya, aku mulai memiliki rasa yang aneh padamu, senang bila
bersamamu, senang bila tertawa denganmu, ahh, dunia terasa indah bila kita
bersama.
Kini kita mulai dekat, berawal dari pesan singkatku yang
memintamu mengantarku ke sekolah, aku mulai menebar tanda mengenai isi hatiku,
entah kamu merasakan tanda yang ku beri atau tidak, yang jelas aku merasa kamu
memakan umpanku dan memberi umpan balik. Atau aku yang terlalu berbesar rasa?
Entahlah, yang jelas untuk saat ini aku tak perlu kamu
mengetahui rasaku ini, aku hanya ingin kita bisa dekat terus seperti ini,
hingga kamu mulai merasa bahwa aku cinta padamu, dan pada akhirnya kamu
membalas perasaanku ini.
Hai, kamu, mau kah kamu menjadi Ramaku ? :”)