Sedetik yang lalu rasanya aku sudah bisa terbebas dari
belenggumu. Sedetik yang lalu rasanya rasa itu telah hilang dari hatiku
semenjak kau sia-siakan perjuanganku. Sedetik yang lalu namamu sudah hilang
dari ingatanku. Sedetik yang lalu rasa muak selalu muncul tiap aku melihat atau
mengingat apapun yang berhubungan denganmu.
Tapi sedetik kemudian, kamu menjeratku lagi,sosokmu
menghantuiku lagi,namamu memenuhi otakku lagi hingga aku tak dapat memikirkan
apa-apa kecuali kamu,rasa rindu yang menjijikkan itu datang kembali, ada rasa
yang menggelitik hati, aku ingin memelukmu erat-erat dan tak melepaskan mu
selamanya.
Aku gagal! Aku gagal melangkah meninggalkan sosokmu
yang menyebalkan itu.
Aku gagal meninggalkan pria tinggi jangkung berkulit
sawo matang dan beralis tebal yang pandangan matanya dan senyumannya selalu
membuatku luluh sejak 7 bulan terakhir ini.
Aku gagal menghapuskan sosok yang selalu tidak
menggubrisku itu. Yang selalu diam dalam sambungan telpon, yang selalu
mengabaikan pesan singkatku, yang selalu hilang disaat aku menginginkan
sosoknya nyata hadir dihadapanku.
Selama ini aku terlalu sibuk memperjuangkanmu, selama
ini aku terlalu sibuk mencintaimu, sampai dadaku sesak, sampai aku muak, sampai
aku kelelahan.
Aku lelah!!!!
Beberapa detik yang lalu aku sukses menghapuskan
semuanya. Namun sekarang rindu kembali menjeratku erat-erat tanpa ampun.
Mungkinkah kamu merasakan rindu sedalam yang aku rasakan? Aku mengharapkan
kabarmu mampir walaupun itu Cuma kabar burung,ataupun mitos semata.
Aku berusaha tak menghiraukan rindu yang semakin
menjerat ini, aku berusaha melupakan lekat ingatanku akan sosokmu. Tapi semakin
kulawan semakin kau hadir dan memelukku lekat dengan bayangmu di otakku.
Hilangnya kamu tiba-tiba dari semesta radarku seharusnya tak menghasilkan sakit
yang teramat dalam karena kedekatan kita belum menghasilkan suatu komitmen
apa-apa. Belum...komitmen...tapi sayang, kenangan kita sudah terlalu banyak
untuk kuhitung dengan jari-jari mungilku ini. Sudah cukup lupakan akan kenangan
yang menyiksa memori itu,satu helaan nafasku memburu aku mencoba mencari-cari
lagi alasan agar bisa membencimu. Kamu tetaplah bayang semu, angin yang selalu
berhembus kencang hingga bisa membawaku terbang setinggi langit, lalu kau hisap
lagi angin itu hingga aku terjatuh kedalam perut bumi.
Aku menoleh lagi ke cermin masa lalu, melihat dan
mengingat apa saja yang pernah kita lakukan. Aku ingat ketika kamu
memperhatikanku dengan baik dengan caramu. Aku merekam malu-malu senyummu saat
semua orang melihat kita dengan tatapan jahil saat berfoto bersama untuk yang
pertama kali. Aku ingat kamu yangrela menahan kantuk demi menemani aku seharian
penuh, wajah polos dan senyum tipismu. Aku ingat kita bertatapan mata untuk
kesekian kalinya saat itu, kamu menatapku dalam-dalam, lama sekali seperti
mencari ketulusan di bola mataku mencari ketenangan dan kelembutan disana,
mencari duniamu yang sempat abu-abu. Tapi aku hanya gadis kecil, aku tak cukup
kuat untuk membuatmu mengembalikan segalanya seperti awal perkenalan kita.
Kini aku hanya bisa menunggu sampai kita bisa bertemu
kembali, saling menumbuhkan rasa percaya juga cinta. Aku menunggu kamu datang
menyambut pelukanku,pelukan rindu yang teramat sangat.
Kamu begitu sulit kutebak, tapi aku mencintai segala
teka-tekimu.
Kamu sosok yang selalu membuatku mencari-cari dimana bayangmu
berada. Ketika mata kita bertemu tujuh bulan yang lalu aku tak minta apa-apa
selain pertemanan. Tapi ternyata daya magismu membuat hatiku jatuh hingga aku
selalu merasa nyaman bila didekatmu, aku selalu merasa aman bila bersamamu.
Maaf bila aku terlalu berharap banyak,maaf jika aku terlalu mengganggu harimu,
dan tak kunjung pergi dari hidupmu.
Aku tau aku harus bangkit aku takbisa diam dan
terpuruk, aku harus pergi, karena kau yang inginkan aku menjauh dari hidupmu.
Semua permintaanmu agar aku menjauhimu sudah kucoba, namun salahkah jika aku
masih merindukanmu? Salahkah jika aku masih menyimpan rasa untukmu? Tampar!
Tampar aku lagi dengan kalimat mu yang sempat membuatku muak hingga sadar aku
terlalu bodoh karena memperjuangkanmu selama ini. Tampar! Hingga aku sadar,
bahwa kamu bukan sosok yang pantas ku perjuangkan. Tolong jangan biiarkan rindu
ini menggerogoti tubuhku hingga aku lumpuh!