Senin, 14 Juli 2014

HANYA ALAT #3

Hari itu tiba. Hari dimana dia berjanji untuk menyatakan semuanya denganku.
Pagi-pagi sekali aku sudah sibuk sendiri di dapur, kusiapkan nasi goreng spesial dengan telur mata sapi yang dibentuk hati. Aku menatanya dengan cantik di kotak bekal, tak lupa orange jus yang segar ku siapkan untuknya. Aku tahu pasti dia kelelahan karena aktivitas yang begitu padat hari ini, karena aku sudah pernah merasakannya tahun lalu.
Pukul 12 siang,aku sudah bersiap didepan cermin dengan baju yang sudah kupilih semalaman. Kutabur sedikit bedak ke wajahku lalu kupoles sedikit lip ice ke bibirku. Aku merasa siap bertemu dengannya hari ini, aku ingin mengutarakan semua perasaanku kepadanya hari ini. Aku sudah mengumpulkan keberanian ku. Sudah kulatih kalimat demi kalimat yang akan kuucapkan didepannya'aldi... Aku sayang kamu' beratus kali kuhafal kalimat sederhana itu . Berani tak berani aku harus mengutarakan perasaanku, aku tak mau diam dalam ketidak pastian, cukup satu bulan aku,kamu,kita berada di tengah ombak ketidak pastian.

Kuraih tas ku diatas meja, kuambil bekal yang sudah kukemas dengan tas kecil. Tiga puluh menit kemudian aku sudah berada di SMA ku dulu. Kuparkirkan motorku.
Aku berjalan menuju basecamp OSIS, didekat basecamp, Rendi adik kelasku, sahabatku, tempatku bercerita semua tentang Aldi mulai awalkedekatanku dengan Aldisaat aldi mulai  membeku bahkan tak memberiku kabar seharian  terlihat sedang gelisah, dia duduk di gazebo kecil yang ada disebelah basecamp OSIS. Ketika dia mendengar langkahku, dia langsung menghampiri, memelukku erat, aku tak tahu apa maksut dari pelukannya ini. Pelukan yang penuh amarah, pelukan cemas.
‘ndi, kamu kenapa toh?’ aku mulai kehabisan udara didalam peluknya.
‘maafin aku lin, maafin, harusnya aku tak membiarkan kamu terbang setinggi ini dengan angin yang salah.’  dia melepaskan pelukannya, tangannya mendekap bahuku, sorot matanya hangat, nyaman.
‘kamu ngomong apasih, udah aku  mau ketemu sama aldi dulu ya, doain yang ini sesuai yang diharapkan...ya...’
Belum selesai kalimatku,pintu basecamp terbuka. Sepasang laki-laki dan perempuan, bergandeng tangan tertawa kecil, mereka terlihat bahagia, sang lelaki merangkul mesra bahu wanita disampingnyaa mereka seperti tak menyadari ada orang yang sedang memperhatikan mereka.
Nasi goreng dan orange jus yang ku pegang jatuh. Mataku panas, bulir bulir air mulai membasahi pipiku. Tanganku bergetar hebat, lututku lemas, nafasku memburu. Itu Aldi dan Rena, Rena, mantan kekasihnya, Rena sahabatku! Tapi... kenapa mereka bergandeng tangan seperti itu? Rendi yang sejak tadi berdiri di sebelahku hanya bisa melihat ku yang sedang rapuh.
Dia menoleh, aldi melihat ke arahku, buru-buru ku hapus air mata jahanam yang selalu terjatuh tanpa ku inginkan ini.
‘eh kak Lina udah dateng, mana nih nasi gorengnyaaa udah laperrrrr’ dia setengah berteriak melihatku, sementaara Rena hanya tersenyum disebelahnya.
‘nggh.. jatuh tadi nggak sengaja kesenggol waktu aku taruh di sana’ aku beralasan. Aku tak mau terlihat rapuh didepannya.
‘kak... coba tebak, aku sama Rena udah balikan loh!’ matanya menyipitm pipinya naik, tampak sekali dia bahagia.
‘maaf ya Lin, kemarin aku sempat cemburu sama kamu di twitter, aku masih sayang sama Aldi Lin, dan ternyata Aldi juga masih sayang sama aku, dia uda jelasin semuanya kok lin kalo yang di twitter itu Cuma mention biasa, maaf yaaaa’ Rena memelukku sebentar lalu kembali bergelantung di lengan Aldi.
Biasa? Mention biasa? Semua kedekatan kami Cuma biasa? Air mata yang kubendug jatuh.
‘loh kak lina kenapa? Kok nangis?.’ Aldi mengusap air mataku.
‘enggak, aku seneng aja kok liat kalian uda balikan, akhirnya ya.’ Iya akhirnya hatiku  remuk, akhirnya aku tau yang dia maksud dengan ‘bersabar’ minggu lalu.
‘iya kak akhirnya ya, semua drama kita sukses, akhirnya dia ngaku kalo dia cemburu sama kamu, artinya kan dia masih sayang sama aku kak, yaudah kak kita ke kantin dulu ya, mau titip nggak?’
‘enggak’
‘sekali lagi makasih kak!’ Aldi merangkulku hangat sekali Sebelum dia dan Rena berjalan melaluiku dan Rendi yang daritadi diam tak bergerak.
Drama? Jadi semua ini dia anggap hanya drama? Semua kata manisnya hanya drama?.  Kepalaku pusing, mataku berkunang, mataku panas. Aku berbalik badan berniat meninggalkan Rendi yang hanya terdiam sedari tadi. Dia menahanku. Menarik lenganku yang kecil hingga aku jatuh dan tenggelam dipelukannya. Aku menangis sekuat-kuatnya di tengah pelukannya. Aku gagal mengatakan cinta yang kupendam selama ini. Kejutan ini terlalu keras untukku. Rendi membelai rambutku halus.
‘apa yang kamu inginkan tak selalu dapat kamu raih lin, kamu terlalu sibuk mengejar bintang dilangit,sampai kamu lupa ada seseorang yang menunggu mu seseorang yang mencintaimu dengan tulus yang juga tak berani menyatakan perasaannya, karena mimpimu yang tinggi itu’ Rendi masih membelai halus rambutku
Aku semakin kencang menangis. ‘mana ada ren, selama ini aku mencari pangeran itu, semua Cuma fiktif, gaada yang bener-bener sayang aku.’
‘ada Lin, ada, kamu Cuma perlu ngebuka hatimu aja, peka sama sekitar ada aku...’ Rendi semakin merapatkan pelukannya.
Aku semakin larut dalam dalam tangisku.
Pikiranku masih tertuju pada Aldi, aku tak bisa mencerna dengan baik apa yang Rendi katakan tadi. Bolehkah aku menyebut Aldi sebagai tuan pemberi seribu harapan palsu? Maaf, kalau kamu tak senang dengan julukan yang ku berikan. Tapi, seandainya cinta begitu mudah diungkapkan dan terbalas ketika harapan itu ada maka tidak akan ada yang bernama harapan palsu bukan?
Semua harapan ada karena kamu selalu menebar harapan bahkan saat aku tak ingin berharap, namun tidak semua harapan akan tercipta menjadi nyata.
Jangan! Jangan menjauh lagi tolong kembalilah, pililah aku sebagai jalan pulangmu, aku yang rela tertatih agar kamu tidak merintih. Aku yang rela sakit agar kamu tidak menelan pahitnya hidup. Aku yang rela menjadi abu-abu asalkan harimu tetap berwarna. Izinkan aku tetap sebagai pengagummu yang tenggelam dalam perasaan tanpa balas ini hingga aku kelelahan dalam pengabaianmu.hingga kata sabar bermakna ‘bodoh’ hingga kaki-kaki mungilku menyeret pergi dengan sendirinya. Hingga kamu sadar telah melewatkan cinta sejatimu.

Rendi semakin merapatkan pelukannya, air mataku semakin jadi. Seandainya Aldi yang memelukku seperti ini, seandainya Aldi ada disini bersamaku, bukan dia. Seandainya, iya semua hanya sebatas seandainya.

Rendi mengucapkan beberapa kalimat setengah terbata ditengah pelukannya, ditengah tangisku, aku tak menghiraukannya bahkan tak bisa kucerna dengan baik semua ucapannya. Yang ada dipikiranku kini hanya pengandaian. Hanya rasa rindu, rasa ingin semua kedekatanku dan Aldi kembali seperti semula seperti awal perkenalanku dan dia dulu, tanpa pernah ada akhir yang seperti ini. Mencintai diam-diam memang tidak akan mendapatkan apa-apa, kecuali sakit. Seharusnya dari awal aku mengatakan ini semua kepadanya,seandainya aku tak terlambat mengutarakan rasa. mungkin dia tidak akan mempermainkan perasaanku mungkin dia akan mengisi lembar bahagia dalam hariku. Mungkin. Tapi kenyataan berkata lain. Ternyata dia memilih kembali bersama masalalunya, dia menjilat kembali bualannya. Jika esok kesempatan itu terbuka kembali, akan kucoba sekali lagi untuk memasuki hatinya. Mungkin mereka berkata aku adalah gadis bodoh. Biarkan, biarkan aku larut dalam jatuh cinta diam-diam hingga saatnya tiba. Hingga aku bias memilikinya seutuhnya. Biarkan tetap kupendam rasa ini, kukunci rapat pintu hatiku, kusisakan tempat kosong untuknya. Biarkan, hingga saatnya tiba.

HANYA ALAT #2

Suatu malam yang lain, sikapnya tidak seperti biasanya. Dia dingin. Tak lagi memberikanku emoticon yang membuat hatiku bergetar, apakah ini pertanda bahwa semua bualanya selama ini hanya main-main? Apakah dia memang pemberi harapan palsu seperti semua lelaki yang dulu pernah singgah? Aku semakin takut, trauma dihati ini mulai menganga lagi.
Semenit, lima menit, sepuluh menit, setengah jam, sejam kemudian ponselku merdenting, ada BBM! Aku sempat ragu membukanya, benar saja! Itu dia, dia datang! Aku antusias membaca pesan singkatnya.
‘maaf kalau kamu mengira aku laki-laki bajingan yang hanya memberimu angin-angin sejuk, maaf jika aku terlalu tinggi menerbangkanmu, maaf membuatmu kalut hari ini. Aku hanya tak mau disebut sebagai laki-laki pemberi harapan palsu, jadi daripada kamu terusmenerus mengharapkan aku lebihbaik mulai sekarang kita menjaga jarak, agar hatimu tak lagi luka.’.... menetes, air mataku jatuh tak bisa kubendung lagi.
Aku tidak pernah menyebutnya sebagai lelaki pemberi harapan palsu, terlintas di pikiranku pun tidak. Bahkan ketika aku dan dia tidak memiliki status apa-apa, ketika dia yang sering ku beri umpan untuk menyatakan cinta selalu mengelak mengalihkan pembicaraan. Aku hanya merasa nyaman berada didekatnya, tidak mau dia pergi, tidak mau kehilangan sosok yang membuatku melupakan masa laluku ini.
‘kamu bicara apa? Aku gak ngerasa di PHP kok jangan pergi tolong’ balasku kehabisan kata
Sepi...
Tak ada respon darinya. Aku menangis sejadi-jadinya malam itu. Aku salah! Aku salah telah membukakan pintu hatiku untuk lelaki ini, dia tak jauh berbeda dengan lelaki di masa laluku. Aku beruntung luka ini tak terlalu jauh. Harusnya aku bisa cepat melupakan kekecewaan, harusnya.



Esok paginya, cahaya matahari halus masuk kekamarku melalui celah di jendela. Malu-malu membangunkanku. Alarm di ponselku berbunyi. Aku membuka mataku yang masih terasa berat akibat menangis semalam. Aku segera bangun, kepalaku masih terasa pusing, mataku berkunang-kunang. Aku duduk di tepi tempat tidurku, menatap lurus-lurus kearah cermin, mataku menghitam, sangat jelas seperti habis menangis. Ponselku berbunyi lagi, aku meraihnya, ada BBM. Aku yakin pasti dari bosku yang mengingatkanku jika hari ini adalah deadline untuk desain yang harus kuselesaikan, bagaimanamungkin desain ku bisa sesempurna biasanya? Hatiku sedang remuk, imajinasiku sedang buyar. Kubuka pesan di ponselku dengan malas, mataku terbelalak. Dia datang lagi!
‘pagi mbak galau, maaf semalam aku memang keterlaluan, aku hanya takut kamu semakin sakit, maaf ya. Kita damai kan? Yuk bikin cerita penuh warna lagi. Sudah mandi? Buruan siap-siap ke kantor’ kali ini dia membubuhkan emot pelukan.
Ohya, aku lupa. Setelah lulus meemang aku langsung bekerja di sebuah advertising. Dia juga salahsatu sumber imajinasiku di tengah tumpukan deadline yang menyita perhatian.
‘iya gapapa kok  aku siap-siap dulu ya’ aku tak bisa meluapkan kekecewaanku kepadanya, entah kenapa. Aku takut dia semakin jauh.
Semenjak itu dia kembali menyenangkan seperti biasanya.

Malam ini aku sangat kelelahan, dia kembali aneh.Dia mulai membanding-bandingkan aku dengan temanku yang juga mantan kekasihnya. Aneh,dengan perbandingan seperti itu harusnya aku bisa protes. Mantan kekasihmu sempat memiliki status yang jelas denganya wajar saja dia bisa dengan mudah menyuapimu, menuliskan namamu disetiap halaman belakang bukunya, menyadar dibahumu ketika lelah,memanggilmu ‘sayang’ sesuka hati memintamu berada dirumahnya kapanpun dia mau. Sedangkan aku? Aku bahkan tidak memiliki status apa-apa denganmu aku tak bisa melakukan semua itu dengan mudah walaupun aku ingin. Aku juga ingin menyuapimu ditengah kesibukan mu, aku tahu kamu sering mengabaikan pola makanmu, aku ingin kamu berada dirumahku kapanpun aku minta, aku ingin kau kenalkan ke orang tua mu, aku ingin memangilmu ‘sayang’ aku ingin kamu menceritakan kedekatan kita ke teman-temanmu. Ahh bukankah dunia selalu tidak adil? :’’)
Seperti biasa setiap kamu berhasil membuatku menangis kamu selalu dengan mudahnya meminta maaf, dan semudah itu pula aku memaafkan,tak peduli seberapa sakitnya aku.
Jumat siang, iseng kamu menyuruhku menggambar grafitty namammu. Setelah ku gambar kamu memposting gambar itu di twitter, mengajakku berkicau bersama di jejaring sosial itu. Aku sangat senang aku mengira kamu sudah mulai berani memperkenalkan kedekatankita kedepan khalayak ramai.
Saat ku scroll timeline, mantanmu mengetahui kedekatan kita, dia marah besar, terlihat sekali dia cemburu. Aku bingung memposisikan diriku haru senang karena kamu lebih memilih berkicau bersamaku daripada menjaga perasaan mantan pacarmu. Dilain sisi dia sahabatku, aku merasa tidak enak sendiri.
Melihat itu segera aku memulai percakapan dengannya yang lebih pribadi. Tak lagi di jejaring sosial tapi langsung melalui pesn singkat.
‘al,kelihatannya si mantan cemburu deh’ aku ragu menyampaikan ini
‘bagus dong, udah aku tunggu-tunggu nih’  aku merasa aneh dengan jawabannya kali ini.
‘bagus apanya?’
‘ngghh.. maksutku baguslah, biar dia tau kalau kita sedang dekat’ dia menjawab seperti setengah hati.
‘oh gitu, syukurlah. Anyway  minggu depan kamu jadi panitia MOS kan? Aku mau dong kesana, bawain kamu bekal, suapin kamu, kangen juga sama adik-adik disana’ Tak ambil pusing aku langsung mengalihkan pembicaraan. Aku tak mau hanya karena persoalan seperti ini dia menghindar lagi dariku.
‘eh gitu? Iyadeh ketemuan minggu depan ya aku tunggu jam 1 siang setelah acara selesai di basecamp OSIS seperti biasa,seneng banget kamu bawain bekal’ dia manis sekali, ditambah karakter cium yang dia selipkan di akhir kalimat.
‘serius ya? Yey!!! Udah lama gaketemu aku kangen bangettt. Al, aku boleh tanya sesuatu?.’ Kali ini aku sangat memberanikan diri untuk mengirim pesan yang ini.
‘iya, apa?’
‘sebenarnya... kita ini... apa? :’).’ Sekuat keberanianku kukirim pesan yang ini, hatiku bergetar hebat.
Cukup lama dia hanya membaca pesanku yang ini. Hingga akhirnya ponselku memberikan notif balasan darinya.
‘sabar dongggg, nggak enak kan kalo harus dibilang lewat BBM? Tunggu minggu depan ya!’
‘iyadeh aku selalu jadi penunggu yang sabar melebihi yang paling sabar kok.’ aku berjingkrak, tak tahu seberapa senangnya hati ku saat ini. Apakah ini pertanda bahwa minggu depan kami akan memiliki status resmi, dia akan mengungkapkan perasaanya kepadaku. Memang aku selama ini tak berani mengungkapkan bahwa aku menyayanginya bahkan ketika percakapan kita menjurus ke masalah hati. Aku menjaganya dari jauh, aku menyelipkan namanya setiap kali tanganku menengadah ketika berdoa, aku... jatuh cinta diam-diam dengannya.
Tapi, semenjak itu percakapan kami tak selumer biasanya, mungkin ditengah percakapan kami sudah terbangun sekat entah setebal apa. Mungkin dia sibuk, aku berusaha menghibur hati ku sendiri, menerka-nerka isi hatinya yang tak pernah kuketahui.

HANYA ALAT #1

Saat itu aku baru lulus SMA dan hatiku baru saja sembuh dari lukanya. Kini aku mulai menata hati yang sempat pilu oleh cinta di masa SMA. Semasa SMA aku adalah gadis yang sangat aktif, aku adalah ketua umum di Organisasi siswa Intra sekolah. Aku orang yang sangat menjaga wibawa didepan orang-orang, selalu berlagak tegar namun jika kamu mengenalku lebih dekat, aku tak lebih dari seorang gadis kecil penggalau, suka menulis diary, suka berkhayal, sering patah hati dan sayangnya semua orang tahu aku adalah seorang gadis yang selalu gagal mendapatkan cintanya ditengah perjalanan. Banyak laki-laki yang ingin mendekati tapi mereka selalu mundur di tengah jalan karena selalu menganggapku gadis yang terlalu tinggi untuk digapai, padahal aku hanyalah gadis yang sedang berlari kesana kemari mencari serpihan hatinya yang hilang. Aku adalah gadis yang bisa sangat memeperjuangkan perasaannya kepada orang yang benar-benar kusuka, orang yang benar-benar bisa membuatku nyaman, sekalipun orang itu sering menyakitikudan tidak pernah memperjuangkanku.
Semua orang tau aku adalah gadis yang mudah dekat dan bergaul dengan siapa saja, aku mudah memeluk dan menggandeng sahabat laki-lakiku. Suatu ketika aku memasang display picture yang sedang merangkul lengan sahabatku manja di BBM. Lalu Tuhan memberikan jalan agar dia datang ke kehidupanku. Dia adalah adik kelasku sendiri, dia tahu aku tidak pernah benar-benar mempunyai pasangan, dia menggodaku. Melihat foto yang kupajang ,dengan isengnya dia langsung membuat percakapan jahil.
‘si mbak galau sekarang sudah punya pacar ciyeeee’ godanya.
‘apasih, dia Cuma temen kok udah ah jangan suka ngenyek  jomblo nanti kualat.’ balasku sebal sambil memperbaiki posisi tubuhku, aku menata posisi bantal hingga nyaman menjadi sandaran punggungku.
‘aku juga jomblo kali kak, cieee aku jomblo kamu jomblo gimana kalau kita bersatu?.’  Dia terdengar sangat menggemaskan dan menyenangkan.
‘apaan haha kamu lupa? aku ini teman dekat mantan pacarmu dek.’ Aku gemas kali ini aku semakin antusias membalas pesannya.
‘kak, yang namanya mantan itu tetap mantan. Sudah jadi bagian dari masa lalu, sekarang apa salah kalau aku mulai menata hati dan berlabuh ke muara yang baru sekalipun dia dekat dengan muaraku yang lama?’ dia mulai menebarkan bualan manis
‘iyaya apa salahnya kalau kita jadi satu, selama kamu bisa mengisi hati yang kosong?’ aku membalasnya balik, tidak maksud menanggapi gombalannya, aku takut terkena bualannya yang manis yang ujung-ujungnya hanya berbuah harapan palsu. Aku sudah sering memakan harapan palsu, hingga aku terlalu berhati-hati membukakan pintu hati.
Percakapan kita tak hanya berhenti disitu, esok paginya pun dia menyapaku manis, semenjak itu percakapan kita semakin intens, tidak hanya berbentuk kata, kamu mulai menyelipkan beberapa karakter. Pelukan,ciuman,senyuman, meskipun hanya berupa emoticon tapi aku mulai menyukainya, dia mulai membuatku nyaman, dia perlahan menyembuhkan luka di hatiku.
Dia berhasil membuatku membuka pintu hatiku yang kukunci rapat-rapat saat itu. Perlahan aku mulai menaruh simpati padanya, kalimat manisnya yang selalu mengisi pagi hingga malamku, aku bahkan rela menahan kantuk demi bercakap dengannya. Aku menyukai caranya memperhatikanku hingga caranya mengkhawatirkanku, meskipun hanya lewat BBMesangger.
Aku sudah jatuh cinta padanya!. Rendi harus tahu! Aku takut melangkah terlalu jauh, aku takut menyakiti perasaan Rena, aku takut tapi aku mencintainya. Aku membutuhkan tempat cerita aku butuh rendi, sahabatku yang selalu bersedia mendengarkan semua ceritaku yang selalu mengerti apa mauku. Kuambil ponselku, kutekan beberapa digit nomor,nada tersambung.
‘halo?...’
‘Rendiiiii, kamu harus tau kabar baru ini, kita ketemuan di angkringan dekat rumahku ya aku tunggu setengah jam lagi. Daaaa!’ sambungan telepon langsung kututup. Aku langsung berkemas.
Malam yang tenang di seboah angkringan ala jogja di kota Surabaya. Rendi dating dan segera menghampiriku yang sudah menunggunya sekitar 20 menit.
‘kenapa lama banget sih. Kalo aku diambil orang gimanaaa?’ aku menyubit lengannya kesal.
‘iyaiya maaf, tadi macet banget. Ada apa sih serius banget keliatannya’ rendi duduk tepat disebelahku, matanya sayu, dia terlihat sangat lelah. Akupun menceritakan semua hal tentang Aldi, menceritakan kedekatan kita, hingga rasa takutku.
Rendi menarik nafas dalam terlihat sangat berat, matanya kosong menatapku dalam-dalam. ‘jadi.. kamu suka sama anak kelas 12 itu? Kamu suka sama mantan pacar sahabatmu sendiri? Kamu udah ngungkapin perasaan mu ke dia? Kamu yakin nggak dibuat mainan? Kamu….’
‘stop stop satu-satu dong tanyanyaaaaaa. Iya aku suka sama Aldi ren, tapi aku takut. Aku belum berani bilang perasaanku ke dia. Aku kan cewek masak aku duluan yang bilang sih’ aku menggelayut menja ke lengan rendi.
Rendi diam, kali ini dia menatap lalu lalalng kendaraan di jalan raya lama sekali.
‘yaudah, kalo kamu suka, kamu yakin, kejar terus. Gaperlu kamu yang ungkapin, kamu cukup ngasih isyarat aja. Kalau dia beneran sayang pasti dia yang akan bilang.’ Rendi mengelus rambutku seperti mengelus adiknya sendiri.
‘pulang yuk , udah malem. Aku anter ya’ Rendi menghabiskan wedang ronde yang ku pesan untuknya. Wedang ronde yang terlalu lama dibiarkan hingga dingin. Aku mulai membayangkan dan mencerna kalimat rendi tadi, menunggu ya? Berapa lama? Kalau aldi tak kunjung mengucapkan perasaannya, apa aku harus terus menunggu? Seperti wedang ronde ini, dibiarkan terlalu lama menunggu sampai dingin, sampai rasanya tidak enak. Mungkin kalau aku terlalu lama menunggu rasa cinta ini akan berubah menjadi hambar. Mungkin.
‘haiii ngelamun ajasih, ayo pulang’ Rendi menepuk punggungku. Menarik lenganku hingga aku berdiri, menyeretku ke motornya.
Sepanjang jalan aku hanya terdiam. Aku menyusun strategi, aku harus mengungkapkan rasku ke Aldi. Meskipun tak langsung ku ungkapkan, setidaknya aku member isyarat seperti apa kata Rendi tadi.
Hari-hariku berikutnya terasa semakin indah dan lengkap dengan hadirnya dia sebagai penyemangat aktivitasku. Rindupun semakin sering meliar ketika dia tiba-tiba hilang sesaat bahkan saat dia tak sengaja tertidur. Cemburu pun semakin menyesakkan bahkan saat dia selalu menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Namun hingga detik ini, aku masuh belum juga member isyarat mengenai rasaku kepadanya. Aku masih saja menjadi pengecut yang hanya berani mendekatinya dengan obrolan-obrolan menarik. Tanpa pernah mengucap kata sayang. Apakah aku terlalu cepat mengartikan semua ini sebagai ‘cinta’?

Kamis, 03 Juli 2014

dear, empuk...

untuk laki-laki bertubuh hangat, yang selalu membuatku gemas, yang selalu menggodaku melalui chat manis, berjaket merah abu-abu yang kusebut 'empuk' :')

aku memang seorang gadis kecil penggalau, tukang sedih. Seiring dengan hadirmu dihidupku ketahuilah aku sudah menjadi sosok yang tegar, aku sudah terlatih untuk sakit hati, aku sudah terbiasa untuk menerima bualan serta harapan manis.

aku tak pernah menyangka, kamu adalah sosok yang mampu membuatku mengalihkan hati. Dengan bualan singkatmu saja aku sudah jatuh hati. Dengan sapaan selamat pagimu saja senyumku mudah mengembang, dengan kecupan manis sebelum ku terlelap dimalam hari saja kamu berhasil meredam rasa lelahku setelah seharian aku mengarungi hari, meskipun kecupan itu hanya berbentuk emoticon.

seminggu sudah kita berdekatan, seminggu sudah hariku dipenuhi bualanmu. seminggu sudah aku terbang mengarungi harapan yang sering kau lontarkan padaku, mencari-cari dimana kesungguhan itu berada. Aku tahu sesuatu yang datang dengan cepat akan berakhir tidak menyenangkan. Tapi aku menepis semua anggapan itu, aku berusaha menjalani hari dengan ringan, dengan adanya kamu disisiku kali ini.

suatu malam ditengah kehangatan pesan singkat kita, aku mencium tanda-tanda seseorang yang hanya ingin mempermainkan perasaanku, kamu. Aku benci sekali dengan hal ini. Kamu yang biasanya membalas hangat percakapan kita, mendadak dingin. Tak perlu lama-lama, kamu meminta maaf jika sekiranya membuatku sempat berharap akan perhatianmu ini.
Memang aku sempat merasa tinggi karena anginmu, tapi aku mengelak, aku tak mau kedekatan kita berakhir sampai disini. Tapi kamu tak percaya.kamu bahkan tega berkata akan memberi jarak pada kedekatan kita agar aku tidak semakin berharap. KAMU MENGHANCURKAN SEMUA HARAPANKU, sayang. :')

Baiklah saat itu aku menyerah, aku tidak bisa berbuat banyak jika nyatanya kamu memang tak  memiliki perasaan yang sama denganku.Perasaan yang timbul karena rayuan manismu itu. Bukan salah mu jika kamu hanya sekedar basa basi awalnya, namun aku mengartikannya lebih,bukan.

Awalnya aku tak mau berharap lebih, tapi nyatanya kamu tidak hanya semalam itu saja memberikan ku bualan manis, hari kedua, hari ketiga, seterusnya bualan manismu itu semakin terasa manis.Jadi apa aku salah jika mengartikan basabasi manis mu itu adalah suatu harapan?

Maaf, tak seharusnya aku menggalaukan mu di pendekatan kita yang singkat ini. Terlebih, mengingat kamu adalah bagian dari masalalu sahabatku sendiri. Tapi aku terlanjur menaruh hati padamu, aku merasa kehilangan saat kamu tidak mengabariku seharian setelah insiden itu. Aku merindukan pagi kita,malam kita. Terlebih ini bulan buasa. Kamu adalah sosok yang menemani ramadhanku tahun ini, Aku rindu caramu mengucapkan selamat berbuka untukku, menemaniku hingga larut malam, hingga aku tertidur, aku rindu cara manismu membangunkanku ketika sahur.

Aku rindu mencemburuimu, aku rindu caramu merayuku agar cemburu itu segera redam. Memang kamu dan aku belum menjadi kita, tapi rasanya hari-hari semakin manis jika kita bersama.
kamu menyeretku perlahan, menuju keindahan sesaat, hingga aku sadar bahwa aku sedang dipermainkan. Inikah caramu menyakitiku?

sudahlah, aku harus bangkit, takbisa aku terpuruk terlalu lama, sebelum kau hadir, aku bisa mengarungi hariku dengan indah, harusnya saat kau pergi akupun bisa melewati hari dengan indah bukan? :")

dari kakak kelasmu, teman mantan kekasihmu:')

Rabu, 25 Juni 2014

RINDU INI MENGGEROGOTIKU



Sedetik yang lalu rasanya aku sudah bisa terbebas dari belenggumu. Sedetik yang lalu rasanya rasa itu telah hilang dari hatiku semenjak kau sia-siakan perjuanganku. Sedetik yang lalu namamu sudah hilang dari ingatanku. Sedetik yang lalu rasa muak selalu muncul tiap aku melihat atau mengingat apapun yang berhubungan denganmu.

Tapi sedetik kemudian, kamu menjeratku lagi,sosokmu menghantuiku lagi,namamu memenuhi otakku lagi hingga aku tak dapat memikirkan apa-apa kecuali kamu,rasa rindu yang menjijikkan itu datang kembali, ada rasa yang menggelitik hati, aku ingin memelukmu erat-erat dan tak melepaskan mu selamanya.

Aku gagal! Aku gagal melangkah meninggalkan sosokmu yang menyebalkan itu.
Aku gagal meninggalkan pria tinggi jangkung berkulit sawo matang dan beralis tebal yang pandangan matanya dan senyumannya selalu membuatku luluh sejak 7 bulan terakhir ini.
Aku gagal menghapuskan sosok yang selalu tidak menggubrisku itu. Yang selalu diam dalam sambungan telpon, yang selalu mengabaikan pesan singkatku, yang selalu hilang disaat aku menginginkan sosoknya nyata hadir dihadapanku.

Selama ini aku terlalu sibuk memperjuangkanmu, selama ini aku terlalu sibuk mencintaimu, sampai dadaku sesak, sampai aku muak, sampai aku kelelahan.
Aku lelah!!!!

Beberapa detik yang lalu aku sukses menghapuskan semuanya. Namun sekarang rindu kembali menjeratku erat-erat tanpa ampun. Mungkinkah kamu merasakan rindu sedalam yang aku rasakan? Aku mengharapkan kabarmu mampir walaupun itu Cuma kabar burung,ataupun mitos semata.
Aku berusaha tak menghiraukan rindu yang semakin menjerat ini, aku berusaha melupakan lekat ingatanku akan sosokmu. Tapi semakin kulawan semakin kau hadir dan memelukku lekat dengan bayangmu di otakku. Hilangnya kamu tiba-tiba dari semesta radarku seharusnya tak menghasilkan sakit yang teramat dalam karena kedekatan kita belum menghasilkan suatu komitmen apa-apa. Belum...komitmen...tapi sayang, kenangan kita sudah terlalu banyak untuk kuhitung dengan jari-jari mungilku ini. Sudah cukup lupakan akan kenangan yang menyiksa memori itu,satu helaan nafasku memburu aku mencoba mencari-cari lagi alasan agar bisa membencimu. Kamu tetaplah bayang semu, angin yang selalu berhembus kencang hingga bisa membawaku terbang setinggi langit, lalu kau hisap lagi angin itu hingga aku terjatuh kedalam perut bumi.
Aku menoleh lagi ke cermin masa lalu, melihat dan mengingat apa saja yang pernah kita lakukan. Aku ingat ketika kamu memperhatikanku dengan baik dengan caramu. Aku merekam malu-malu senyummu saat semua orang melihat kita dengan tatapan jahil saat berfoto bersama untuk yang pertama kali. Aku ingat kamu yangrela menahan kantuk demi menemani aku seharian penuh, wajah polos dan senyum tipismu. Aku ingat kita bertatapan mata untuk kesekian kalinya saat itu, kamu menatapku dalam-dalam, lama sekali seperti mencari ketulusan di bola mataku mencari ketenangan dan kelembutan disana, mencari duniamu yang sempat abu-abu. Tapi aku hanya gadis kecil, aku tak cukup kuat untuk membuatmu mengembalikan segalanya seperti awal perkenalan kita.
Kini aku hanya bisa menunggu sampai kita bisa bertemu kembali, saling menumbuhkan rasa percaya juga cinta. Aku menunggu kamu datang menyambut pelukanku,pelukan rindu yang teramat sangat.
Kamu begitu sulit kutebak, tapi aku mencintai segala teka-tekimu.

Kamu sosok yang selalu membuatku mencari-cari dimana bayangmu berada. Ketika mata kita bertemu tujuh bulan yang lalu aku tak minta apa-apa selain pertemanan. Tapi ternyata daya magismu membuat hatiku jatuh hingga aku selalu merasa nyaman bila didekatmu, aku selalu merasa aman bila bersamamu. Maaf bila aku terlalu berharap banyak,maaf jika aku terlalu mengganggu harimu, dan tak kunjung pergi dari hidupmu.

Aku tau aku harus bangkit aku takbisa diam dan terpuruk, aku harus pergi, karena kau yang inginkan aku menjauh dari hidupmu. Semua permintaanmu agar aku menjauhimu sudah kucoba, namun salahkah jika aku masih merindukanmu? Salahkah jika aku masih menyimpan rasa untukmu? Tampar! Tampar aku lagi dengan kalimat mu yang sempat membuatku muak hingga sadar aku terlalu bodoh karena memperjuangkanmu selama ini. Tampar! Hingga aku sadar, bahwa kamu bukan sosok yang pantas ku perjuangkan. Tolong jangan biiarkan rindu ini menggerogoti tubuhku hingga aku lumpuh!

Kamis, 12 Juni 2014

hai penyendiriku

berhenti, apa ini saatnya aku harus berhenti? apa yang membuatmu ingin aku berhenti?
apa tak cukup usahaku meyakinkanmu selama ini?

aku hanya gadis umur belasan yang entah sayang atau obsesi denganmu ingin melihatmu bahagia tersenyum seperti awal kita bertemu dulu, syukur-syukur bisa memilikimu seutuhnya. Aku tahu kamu laki-laki umur belasan yang sedang banyak dirundung masalah, jangan salah aku juga pernah merasa sepertimu. Tapi aku tidak serapuh kamu. Aku bisa bangkit melawan kesendirian dan kegelapan itu. Tapi kenapa kamu, yang sudah kuberikan semangat hingga sedemikian ini malah menghilang dari radarku?

apa perhatianku terlalu berlebihan? 
maaf, kalau semua perhatianku membuatmu muak, maaf bila semua perasaanku kau anggap sebagai bualan semata.
jujur dari dalam hati ini, aku tidak mengharap sedikit imbalan demi melihat senyuman melingkar di bibirmu. Melihatmu bahagia saja itu sudah cukup untukku. cukup. 
Aku melakukan semua ini dengan hati, semoga kamu mengerti. dibalik pengabaianmu selama ini, ada gadis kecil yang selalu menebar senyumnya agar kamu ikut tersenyum. Tapi, apa kamu tahu? gadi yang selalu tersenyum itu sangat terluka dengan pengabaianmu?
apa kamu pernah berpikir apa yang membuat gadis itu bertahan sedemikian lamanya padamu meskipun kau abaikan? tak kau hiraukan? bahkan tak kau beri sebelah pandanganmu, tak kau dengarkan jeritannya? 
apa yang membuat dia begitu gigih bertahan? mungkin kamu bisa menebaknya, mungkin kamu bisa menjawabnya, tapi kamu tak ingin membalas perasaannya?

lupakan, gadis kecil itu hanya pengagummu dalam diam, tak berani mengungkapkan isi hatinya hanya bisa memberimu semangat, mendedikasikan perhatian untukmu, bertingkah normal saat berhadapan denganmu, tapi bertindak bodoh saat kau usai menyapanya.

Lupakan dia yang selalu memberikan tempat khusus untukmu di dunianya, meskipun kau, bahkan berniat pun tidak untuk memberikan tempat untuknya diduniamu. Kamu yang selalu sibuk dalam kelamnya dunia mu tanpa pernah hiraukan dia yang setia menunggumu seperti anjing yang setia pada tuannya. Dia yang selalu ada disetiap pagimu,siangmu,malammu, tak bosan-bosan sekedar bertanya 'kamu sudah makan?, kamu sedang apa?' bahkan mengingatkan agar kamu menjaga kesehatanmu. Dia yang selalu mengkhawatirkanmu. Dia yang selalu mencemaskanmu. Dia yang bahkan tak dapat hirauan darimu.

Sadarlah, kamu tidak sendiri dibumi ini, berjuta orang memperhatikanmu, semesta melindungimu, Aku... Menyayangimu. 

:)

Senin, 19 Mei 2014

ini...

Aku bukan orang yang munafik. Saat ini aku memang memiliki status ‘single’ aku seorang wanita mandiri yang jujur saja sangat ingin memiliki pasangan untuk menemani setiap hariku. Banyak orang di luaran sana yang bersikap sok kuat sok tegar yang berkata ‘single itu enak bebas tanpa ikatan’. Apa kalian yakin? Apa kalian setuju dengan pernyataan itu?.  Bagi kalian yang kini sudah memiliki pasangan dan mungkin sedang dalam tahapan ‘hambar’ dengan pasangan kalian, apa kalian yakin akan memutuskan pasangan kalian semudah ini?
Biar aku beri sedikit gambaran tentang indahnya memiliki pasangan J  pernah nggak, kalian ngerasain naksir seseorang? Lalu perasaan kalian ternyata terbalas? Senang kan?. Pernah ngga kalian ngerasain jantung kalian mau copot saking deg-degannya saat kdia nyatain perasaannya? Pernah nggak kalian ngerasain saking senengnya sampe nggabisa tidur gara-gara dia?
Seneng gak kira-kira kalo dia dateng jenguk kalian waktu kalian sakit jagain seharian, khawatir bukan main walaupun sakit kalian itu Cuma demam biasa? How that feel? Kalian pasti ngerasa seperti putri J
Pernah nggak sih lagi kepingin makan sesuatu, awalnya Cuma iseng bilang ‘aku pingin makan ini nih’ eh nggak lama si dia uda ada didepan pintu bawain makanan yang kalian obrolin tadi? Nyenengin banget kan?
O ya pernah ngga lagi bosen-bosen terus Cuma chat ‘bete’ eh si dia langsung jempit ngajak kalian jalan, terus nemenin sepanjang hari. Chat yang awalnya ‘bete’ bisa jadi ‘tft {}’ :’)
Ditemenin nugas sampe malem banget, disuapin waktu kita nugas saking kita sibuknya gasempet makan. Di masakin bekal spesial buat menu makan pagi. Ketawa-ketawa bareng. Cemburu, terus langsung ditenangin diyakinin kalo nggada yang lain selain kita.
Apalagi waktu kita lagi kaluttttt banget eh dia dateng, nenangin kita langsung meluk kita tanpa ba bi bu, diem aja sambil meluk kita laamaaaaa bangeeetttt sambil ngelus-ngelus rambut kita, terus dia bilang ‘ada aku yang selalu nemenin kamu, jangan takut’. Aawwww rasanya pasti nyaman banget.
Ada temen ngobrol, jadi sahabat, kalo kita mau jalan dia selalu nge-iyain apa yang kita mau selagi dia bisa.


Enak kan punya pasangan? :’)